Kamis, 20 September 2018

Kebijakan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Terpimpin

Kebijakan ekonomi yang dilakukan pada masa demokrasi terpimpin



kebijakan ekonomi yang dilakukan pada masa demokrasi terpimpin
a.Pembentukan Badan Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas)
b.Penurunan nilai uang (Devaluasi)
c.Deklarasi Ekonomi (Dekon)
d.Kebijakan pemerintah lainnya

Dalam usaha perdagangan, pemerintah
mengeluarkan peraturan tanggal 17 April 1964 mengenai adanya Komando Tertinggi
Operasi Ekonomi (Kotoe) dan Kesatuan Operasi (Kesop). Kotoe bergerak secara
sentralistik untuk mengatur perekonomian negara, sedangkan tujuan dibentuk
Kesop adalah untuk meningkatkan sektor perdagangan.

Pada masa Demokrasi Terpimpin keadaan ekonomi dan keuangan Indonesia
mengalami masa suram. Untuk menanggulangi keadaan ekonomi tersebut, pemerintah
mengeluarkan kebijakan di bidang ekonomi dan keuangan.

Pada tahun 1963, Depernas dibanti
nama menjadi Badan Perancang Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dipimpin oleh
Presiden Soekarno. Adapun tugas Bappenas adalah sebagai berikut :

a.Menyusun
rencana pembangunan jangka panjang dan jangka pendek.

b.Mengawasi
pelaksanaan pembangunan.

c.Menilai
kerja mandataris MPRS.

Penurunan nilai uang (Devaluasi)
Tujuan dilakukan devaluasi adalah
untuk membendung inflasi yang tetap tinggi, untuk mengurangi jumlah uang yang
beredar di masyarakat, dan meningkatkan nilai rupiah, sehingga rakyat kecil
tidak dirugikan. Untuk membendung inflasi dan mengurangi jumlah uang yang
beredar di masyarakat, pada tanggal 25 Agustus 1950 pemerintah mengumumkan
penurunan nilai uang (devaluasi) sebagai berikut :

Uang kertas pecahan bernilai Rp 500,00 menjadi Rp 50,00.Uang kertas pecahan bernilai Rp 1.000,00 menjadi Rp 100,00Semua simpanan di bank yang melebihi Rp 25.000,00 dibekukan.

Deklarasi Ekonomi (Dekon)
Untuk mengatasi keadaan ekonomi
yang semakin suram, maka pada tanggal 28 Maret 1963 dikeluarkan landasan baru
bagi perbaikan ekonomi secara menyeluruh, yaitu deklarasi ekonomi atau
disingkat dekon. 

Tujuan dibentuk dekon adalah
untuk menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan bebas dari
sisa-sisa imperialisme untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan
cara terpimpin.
Namun, dalam pelaksanaannya,
dekon tidak mempu mengatasi kesulitan ekonomi dan masalah inflasi, dekon justru
mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia. Struktur ekonomi Indonesia
menjurus pada sistem statisme.

Akibatnya, defisit dari tahun ketahun semakin meningkat menjadi 40 kali lipat. Defisit yang semakin meningkat
tersebut dengan pencetakan uang baru tanpa perhitungan yang matang, sehingga
menambah berat beban inflasi.

Dalam rangka pelaksanaan ekonomi
terpimpin, pada tanggal 11 Mei 1965, Presiden Soekarno mengeluarkan Penetapan
Presiden No. 8 Tahun 1965 tentang Bank Tunggal Miliki Negara. Bank tersebut
kedudukannya di bawah urusan menteri bank sentral. Bank-bank pemerintah menjadi
unit-unit dari Bank Negara Indonesia.

Langkah-langkah yang dilakukan
pemerintah untuk memperbarui ekonomi tersebut ternyata mengalami kegagalan.
Adapun faktor penyebabnya adalah sebagai berikut :

Penanganan masalah ekonomi tidak rasional.Ekonomi lebih bersifat politik dan tidak ada kontrol.Pengeluaran negara cukup besar.Devisa yang semakin meningkat ditutup dengan pencetakan uang baru yang menyebabkan inflasi semakin membumbung tinggi.Struktur ekonomi menjurus ke ekonomi etatisme (semuanya diatur dan dipegang oleh negara).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berakhirnya Demokrasi Terpimpin

Berakhirnya Demokrasi Terpimpin berarti juga berakhirnya kekuasaan presiden Seokarno digantikan dengan Orde Baru dibawah kepemimp...